Senin, 25 Juli 2011

Sujud

Sujud
Ketika sujud, antara dahi dan tempat sujud tidak boleh ada penghalang, baik rambut maupun pakaian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

# Dari Ibnu Abbas,
Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruh sujud dengan tujuh anggota badan, beliau melarang melapisi dahinya dengan rambutnya atau pakaiannya.” (HR. Syafi’i; hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam At-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain)

a) Anggota Sujud
Para Ulama berbeda pendapat mengenai anggota sujud. Secara garis besar pendapat mereka dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok:

1) Anggota Sujud Ada 7 (Tujuh)
Yaitu kedua tangan, kedua lutut, kedua ujung-ujung jari kaki, dan dahi. Hal ini berdasarkan hadits berikut:

# Dari Ibnu Abbas, ia berkata,
"Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan sujud ditopang oleh oleh tujuh anggota badan, yaitu kedua tangan, kedua lutut, ujung jari jari kaki dan dahi." (HR Syafi'i; Hadis senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain)

Dari hadits di atas disimpulkan bahwa anggota sujud ada tujuh, yaitu kedua telapak kaki, kedua lutut, kedua telapak tangan, dan dahi.

2) Anggota Sujud Ada 8 (Delapan)
Yaitu ketujuh anggota di atas ditambah hidung. Ini adalah menurut pendapat Imam Malik berdasarkan praktek beberapa sahabat, seperti dikatakan Al-Aza' i dan Said bin Abdul Aziz:

# “Ibnu Abbas, Said bin Jubair, Ikrimah dan Abdurrahman bin Abu Laila, mereka semua memerintahkan sujud dengan menyertakan hidung.” (Tafsir Al-Qurthubi)

Kalau Imam Malik menjadikan ujung hidung sebagai salah satu anggota sujud, Imam Syafi’i hanya menganggapnya sunnah [Asy-Syafi’i, Al-Umm].

# Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak sah shalat seseorang bila hidung dan dahinya tidak menekan” (HR. Ad-Daruqutni, Thabarani dan Abu Nu’aim)

b) Cara Sujud
1) Bersujud Pada 7 Anggota Badan, Yakni Kening Dan Hidung (1), Dua Telapak Tangan (3), Dua Lutut (5) Dan Dua Ujung Kaki (7)
# Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Aku diperintah untuk bersujud (dalam riwayat lain; kami diperintah untuk bersujud) dengan (7) anggota badan; yakni kening sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki dan kami tidak boleh menyibak lengan baju dan rambut kami. (HR. Al-Jama’ah)

# Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Bila seseorang sujud, hendaklah menyertakan tujuh anggota badannya, yaitu wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, dan kedua kakinya.” (HR. Muslim, Abu ‘Awanah dan Ibnu Hibban)

2) Dilakukan Dengan Menekan.
# “Apabila kamu sujud, sujudlah dengan menekan” (HR. Ahmad).

# “Beliau bersujud dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya dan melebarkannya sama rata.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)

# “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menekankan kedua lututnya dan bagian depan telapak kaki ke tanah.” (HR. Al-Baihaqi dengan sanad shahih, Ibnu Abi Syaibah dan Siraj, dishahihkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi).

# “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menekankan hidung dan dahinya ke tanah.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Malaqqan)

# “Apabila engkau sujud, tekanlah wajahmu dan kedua tanganmu ke tanah sehingga setiap ruas tulangmu kembali ke tempatnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dengan sanad hasan)

# Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak sah shalat seseorang bila hidung dan dahinya tidak menekan” (HR. Ad-Daruqutni, Thabarani dan Abu Nu’aim)

# “Beliau menempelkan dan mengokohkan kedua lututnya serta ujung-ujung jari kedua kakinya.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)

3) Kedua Lengan/Siku Tidak Ditempelkan Pada Lantai, Tapi Diangkat Serta Dijauhkan Dari Sisi Rusuk/Lambung
# Dari Anas bi Malik, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Luruslah kalian dalam sujud dan jangan kamu menghamparkan kedua lenganmu seperti anjing menghamparkan kakinya.” (HR. Al-Jama’ah kecuali An-Nasa’i, lafadhz ini bagi Bukhari).

# “Apabila kamu sujud, letakkanlah telapak tanganmu dan angkatlah siku lenganmu” (HR. Muslim dan Abu Awanah)

# Dari Abu Humaid As-Sa’diy bahwasanya,
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila sujud maka menekankan hidung dan dahinya di tanah serta menjauhkan kedua tangannya dari dua sisi perutnya, tangannya di taruh sebanding dua bahu beliau” (HR. At-Tirmidzi)

# “Beliau mengangkat kedua lengannya dari lantai dan menjauhkannya dari lambungnya sehingga warna putih ketiaknya terlihat dari belakang” (HR. Bukhari dan Muslim).

# “Bahkan sekiranya anak kambing kecil lewat di sela-sela ketiaknya, niscaya ia dapat melaluinya.” (HR. Muslim, Abu ‘Awanah dan Ibnu Hibban)

4) Menjauhkan Perut/Lambung Dari Kedua Paha
# Dari Abi Humaid tentang sifat shalat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, ia berkata:
Apabila dia sujud, beliau merenggangkan antara dua pahanya (dengan) tidak menopang perutnya.” (HR. Abu Dawud).

# “Beliau menempelkan dan mengokohkan kedua lututnya serta ujung-ujung jari kedua kakinya.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)

5) Meletakkan Tangan Sejajar Bahu Dan Kadang-Kadang Sejajar Daun Telinga Serta Melebarkannya Sama Rata
# “Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Mulaqqan)

# Dari Abu Humaid As-Sa’diy bahwasanya,
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila sujud maka menekankan hidung dan dahinya di tanah serta menjauhkan kedua tangannya dari dua sisi perutnya, tangannya di taruh sebanding dua bahu beliau” (HR. At-Tirmidzi)

# “Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar dengan daun telinganya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i dengan sanad shahih)

# “Beliau bersujud dengan bertumpu pada kedua telapak tangannya dan melebarkannya sama rata.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)

6) Merapatkan Jari-Jemari Dan Mengarahkannya Ke Kiblat
# Dari Wail bin Hujr bahwasanya,
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam jika sujud maka merapatkan jari-jemarinya.” (HR. Al-Hakim).

# “Saat bersujud, beliau menempelkan (merapatkan) jari-jari kedua telapak tangannya.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Baihaqi dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi)

# “Beliau mengarahkan jari-jari kedua tangannya ke arah kiblat.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)

7) Menegakkan Kedua Telapak Kaki, Menghadapkan Punggung Kedua Kaki Dan Ujung Jari Kaki Ke Kiblat Serta Saling Merapatkan/Menempelkan Kedua Tumit
# Berkata Aisyah istri Nabi shallallaahu alaihi wa sallam:
Aku kehilangan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam padahal beliau tadi tidur bersamaku, kemudian aku dapati beliau tengah sujud dengan merapatkan kedua tumitnya (dan) menghadapkan ujung-ujung jarinya ke kiblat, …” (HR. Al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah).

# “Beliau menghadapkan [punggung kedua kakinya dan] ujung-ujung jari kaki ke kiblat.” (HR. Al-Bukhari, dan Abu Dawud)

# “Beliau menegakkan telapak kakinya.” (HR. Baihaqi, dengan sanad shahih).

# “Beliau merapatkan tumitnya” (HR. Ath-Thahawi, Ibnu Khuzaimah dan Hakim, dishahihkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi)

# Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, ia berkata,
Di antara sunnah shalat adalah menghadapkan jari-jari kaki ke arah kiblat.” (HR. An-Nasa’i dengan sanad shahih)

8) Thuma’ninah Dan Memperlama Sujud.
Sebagaimana rukun shalat yang lain yang mesti dikerjakan dengan thuma’ninah, maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kalau sujud biasanya juga lama.

# “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjadikan ruku’, berdiri setelah ruku’ dan sujudnya, juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

# Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Kemudian sujudlah sampai tenang sujudnya.” (HR. Sab’ah)

c) Bacaan Ketika Sujud
Lafal yang dibaca ketika sujud telah ditentukan sebagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi‘i yaitu: “Subhana Rabbial A’la” (3x). Menurut pendapat mereka, tidak boleh membaca selain ini karena bacaan untuk ruku‘ dan sujud atau tauqifi, sudah merupakan ketetapan yang baku. Pendapat mereka di dasarkan pada dalil hadits:

# Dari ‘Uqbah bin Amir, dia berkata:
Ketika turun ayat (Fasabbih bismi rabbikal ‘adzhim), Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kami,”Jadikanlah ayat itu bacaan dalam ruku‘mu. Dan ketika turun ayat (Sabbihisma rabbikal a‘laa) beliau berkata,”Jadikanlah ayat itu bacaan dalam sujudmu.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, al-Baihaqi, Ad-Darimi)

Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa lafal untuk ruku‘ dan sujud tidak ada lafal yang baku. Sebagaimana pengertian dalil yang dipahami beliau:

# Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Quran dalam ruku‘ dan sujud. Dalam ruku‘, (ta‘dzhimkan) agungkanlah Rabbmu dan dalam sujud (bertasbihlah) sucikanlah rabbmu.” (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, Al-Baihaqi, Ahmad)

Bacaan sujud ada beberapa versi, dan kesemuanya boleh dijadikan sebagai bacaan sujud, karena bacaan tersebut memiliki dasar-dasar yang kuat dari hadits yang berbeda-beda, di antaranya adalah:

Bacaan 1:

# Dari Hudzaifah, ia berkata:
Saya shalat bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam…maka ketika sujud beliau mengucapkan:




“SUBHAANA RABBIYAL A’LA” 3x

[Artinya]: “Mahasuci Allah, Tuhanku Yang Maha Tinggi” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Bacaan 2:

# Dari Uqbah bin Amir, ia berkata:
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika sujud, beliau mengucapkan:


“SUBHAANA RABBIYAL A’LA WA BIHAMDIHI” 3x

[Artinya]: “Mahasuci Allah, Tuhanku Yang Maha Tinggi, dan aku sujud’ dengan memuji-Mu” (HR. Abu Dawud, Ad-Daruqutni, Ahmad dan Baihaqi)

Bacaan 3:

# Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ruku’ dan sujudnya mengucapkan,


“SUBHANAKALLAHUMMA RABBANAA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII”

[Artinya]: “Mahasuci Allah, Tuhan kami, dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

d) Memperbanyak Do’a Ketika Sujud
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud dalam shalat, sebab sujud merupakan simbol ketundukan yang tertinggi seorang hamba kepada Tuhannya.

# Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
Hamba yang paling dekat dekat kepada Rabb-nya adalah hamba yang bersujud. Oleh karena itu perbanyaklah do’a di dalam sujud.” (HR. Muslim, Abu ‘Awanah dan Baihaqi)

# Dalam kaitan dengan sujud ini, Thahir Abu Faasha melantunkan sebuah syair:
Wahai Tuhanku! Wujud ini telah membuatku rindu, padahal ia hanya dunia-Mu. Lalu, bagaimana kelak dengan akhirat-Mu?
Nilaiku di sisi-Mu terletak dalam sujud kehinaan, namun jika Engkau ridha maka aku tidak membutuhkan kekayaan.


# Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Perbanyaklah do’a di dalam sujud. Karena kemungkinan diterimanya akan lebih.” (HR. Muslim, hadits shahih).

# Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
…dan dalam sujud berijtihadlah dengan berdo’a. Maka sewajarnya do’a tersebut dikabulkan.” (HR. Muslim).

Berkaitan dengan lafal do’a dalam sujud, para ulama berbeda pendapat, apakah lafalnya harus dari ayat-ayat Al-Quran ataukah boleh ‘karangan’ sendiri.

Imam Abu Hanifah mensyaratkan lafal itu harus berasal dari ayat-ayat Al-Quran. Sedangkan Imam Malik dan Imam As-Syafi`i berpendapat bahwa lafal do’anya boleh dari selain Al-Quran.

Namun apakah boleh dengan bahasa masing-masing? Bila mengacu pada sakralisme shalat, cenderung tidak dibenarkan. Kalaupun membuat redaksi sendiri, maka harus dengan bahasa arab yang benar dan lafal do’a itu sendiri harus senafas dengan tertib dan aturan do’a. Jadi tidak boleh dalam berdo’a kita malah berpuisi atau bersajak semau kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar